Etnik Eksotika

Senin, 07 November 2016

Sejarah Tenun Sabu

Masyarakat Sabu yang kental dengan garis keturunan perempuan (matrilineal). menjadikan citra bahwa erat hubungannya antara wanita dengan kain (tenun) di daerah tersebut.

Masyarakat sabu terbagi dalam dua kelompok yang adalah dua perempuan kakak-beradik yang dianggap sebagai leluhur maupun penenun pertama di Sabu. Dalam bahasa Indonesia, kelompok tersebut dikenal dengan nama Bunga Palem Besar (Hubi Ae) dan Bunga Palem Kecil (Hubi Iki). Dari dua kelompok itulah corak tenun berkembang.
Setiap kelompok dan sub-kelompok (keluarga) kemudian memiliki motifnya sendiri yang tidak mungkin ditiru atau memiliki motif yang sama dengan anggota keluarga lain.
itu semua dikarenakan setiap motif yang dikenakan oleh sebuah keluarga akan menjadi identitas dari sebuah keluarga yang mengenakannya. 
untuk itu, kain di daerah sabu dianggap menjadi peninggalan / pusaka keluarga (leluhur). kini, tenun Sabu tak hanya dipelihara sebagai pusaka leluhur, tetapi juga telah menjadi komoditas. Komodifikasi tenun bagaimanapun berkontribusi memelihara keberlangsungan wastra Nusantara karena memberikan celah ekonomi bagi para petenun, terlebih di pulau gersang seperti Sabu dan Raijua.
harganya pun tidaklah murah. kain yang sudah ada sejak Zaman VOC (belanda) ini tidak hanya tua. tetapi sudah menjadi bagian dari budaya indonesia yang harus terus dilestarikan.
pembuatan tenun dari daerah Sabu pun sangat alami. banyak masyarakat sabu yang terus menjaga kealamian dalam pembuatan tenun. masyarakata Sabu menggunakan kapas sebagai benang. dan menggunakan hasil bumi untuk pewarnaan alami pada kain.
sebagai contoh:
akar mengkudu untuk warna cokelat, buah pinang untuk warna hitam, serta kunyit untuk warna kuning








source:http://travel.kompas.com/read/2014/09/29/1748005/Kehangatan.Mesra.Sehelai.Tenun | http://www.jejakwisata.com/news/257-cerita-leluhur-dan-kecantikan-tenun-sabu.html | butikina.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar